Selasa, 28 Januari 2014

MASA MUDA DAN MASA DEPAN: MEMBERI MAKNA PADA KEMUDAAN

Selasa, Januari 28, 2014 By Unknown



Oleh: Dr. Ekarini Saraswati, M.Pd.*

Masa muda merupakan bagian dari rentang kehidupan yang dijalani seorang manusia. Masa ini merupakan masa yang didamba ketika kanak-kanak dan yang dikenang ketika sudah tua. Secara sunatullah pemuda merupakan kelompok masyarakat  yang memiliki potensi lebih dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Mereka  memiliki pemikiran kritis yang dapat memberikan masukan bagi kemajuan bangsa, agen perubahan bangsa yang dapat mengubah suatu bangsa yang tertinggal menjadi bangsa yang unggul. Selain itu, pemuda juga merupakan motor penggerak kemajuan.
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia mencatat nama-nama para pemuda yang berhasil mengukir bangunan Indonesia yang diangankan, di antaranya Bung Karno, Sutan Syahrir, Bung Tomo, juga Kiai Ahmad Dahlan. Yang paling fenomenal pada masa formatif Indoensia adalah adalah Sumpah Pemuda yang merupakan ikrar para pemuda  Indonesia dari berbagai kelompok pemuda (seperti Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, dan lain-lain) yang dengan brilian menyatakan tekad untuk bersatu sebagai bangsa Indonesia, bertanah air satu, dan menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia.  Ikrar ini telah menjadi sebuah momentum bangsa sebagai awal gerakan bangsa dalam menghadapi penjajah yang telah mencerai-beraikan bangsa sehingga terpuruk dan tertindas.
Dalam sejarah agama-agama juga tercatat banyak orang besar yang telah mengukir prestasi pada masa muda. Yang menonjol adalah Nabi Ibrahim a.s. yang dengan keberaniannya menghancurkan berhala-berhala yang disembah sebagian besar masyarakat pada waktu itu. Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an, Nabi Ibrahim a.s., adalah pemuda yang sering berdebat dengan kaumnya, menentang peribadatan kepada patung-patung yang tidak dapat bicara, memberi manfaat dan mudharat (QS Al-Anbiya:60-67). Demikian juga dengan pemuda-pemuda Ashabul Kahfi yang merupakan pemuda-pemuda pilihan– yang tergolong pengikut Nabi Isa a.s. Mereka adalah anak-anak muda yang menolak kembali ke agama nenek moyang mereka, menolak menyembah selain Alloh SWT. Mereka bermufakat mengasingkan diri dari masyarakat yang menentang kebenaran dan berlindung dalam suatu gua, Al-Qur’an surat Al Kahfi ayat 9-26:”(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo’a: ‘Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)’.” (Q.S. Al-Kahfi : 10). “Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka (Sang Pencipta), dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk”. (Q.S. Al-Kahfi : 13)
Fenomena pemuda sebagai pelopor dan agen perubahan yang memiliki sekian potensi keunggulan tentu saja bukanlah sesuatu yang “gratis”; kelebihan-kelebihan tersebut barulah potensi yang harus diaktualisasikan dengan berbagai upaya dan kerja keras; tanpa usaha dan kerja keras, boleh jadi kelebihan-kelebihan tersebut justru dapat berbalik menjadi bahaya yang dapat menjerumuskan. Hal ini karena dari sudut psikologi masa muda ini merupakan suatu masa pencarian diri. Baik dari segi fisik maupun mental manusia muda mengalami berbagai fluktuasi yang menimbulkan kegelisahan. Dalam keadaan tersebut banyak pemuda yang mampu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan sehingga mencapai suatu prestasi luar biasa, tetapi banyak juga yang tertekan dan terlempar dalam ketiadaan diri yang akhirnya terjerumus dalam suatu situasi yang tidak menyenangkan dan menjadi beban masyarakat.
Dengan demikian, makna masa muda atau kemudaan bukanlah sekadar fenomena alamiah yang semata-mata ada/terjadi, melainkan sekaligus fenomena kemanusiaan, suatu upaya untuk memberi makna kepada fenomena alamiah tersebut, dengan kata lain suatu perjuangan.  Masa muda atau kemudaan tidaklah akan memberikan banyak arti kalau manusia muda (pemuda) itu sendiri tidak melakukan apa-apa, apalagi hanyut dalam arus zaman.  Dalam kaitan ini, menarik sekali untuk membaca apa yang ditulis oleh penyair Sapardi Djoko Damono dalam puisinya berikut ini:

YANG FANA ADALAH WAKTU

         Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
         memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
         sampai pada suatu hari
         kita lupa untuk apa. "Tapi,
         Yang fana adalah waktu, bukan?"
          tanyamu. Kita abadi.
Waktu berlalu dan zaman beredar terus. Apakah artinya masa muda? Tergantung pada apa yang dilakukan pemuda itu sendiri untuk memberi makna pada kemudaannya. Pemuda yang memberi makna pada kemudaannya adalah pemuda yang tidak hanyut dari arus zaman, malah sebaliknya bangkit membina diri dan menyongsong masa depan dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat  (“memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga”). Untuk menentukan masa depan pemuda harus terus berkarya. Buat sebab-sebab yang akan diraih pada esok hari. Siapa yang mendaki maka suatu saat dia akan bertemu dengan orang-orang yang mendaki juga di puncak sana.  Biarlah waktu terus berjalan tetapi kita tetap berjalan merangkai kegiatan menjadi suatu yang indah. Selamat berkarya dan berjuang meraih masa depan sesuai harapan.


*Penulis adalah Ketua Jurusan di Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Muhammadiyah Malang